LAPORAN
PENDAHULUAN
CHF
(CONGESTIVE HEART FAILURE)/ GAGAL JANTUNG KONGESTIF
A.
Definisi
Congestive
Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan
dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan
oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh
atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak
mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan
menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam
beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga
tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal
jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan
patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal
jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi
jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke
jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit
Ardini 2007).
B.
Klasifikasi
New York
Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1 Bila
pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2
Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 3 Bila
pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 4
Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas
apapun dan harus tirah baring.
C.
Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal
jantung kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun
interna, yaitu:
1. Faktor eksterna
(dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna
(dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular
Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi
mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi,
ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard:
kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d.
Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
D.
Patofisiologi
Mekanisme
yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan
dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output)
adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke
Volume).
Frekuensi
jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan
curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan
diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu
sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada
perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan
dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload
(mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi
gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung
dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka
volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan
meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir
diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output
pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan
diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium,
sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau
edema sistemik.
Penurunan cardiac
output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau
penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,
frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral
yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat
mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas
miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri
koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti
pulmoner.
Aktivasi
sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika
aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan
jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah
penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang
akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron
juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer
selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.
Gagal
jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan.
Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat
peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi
terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
PATHWAY
E.
Manifestasi klinik
1. Peningkatan volume intravaskular.
2. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung.
3. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang menyebabkan
cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan dengan batuk dan
nafas pendek.
4. Edema
perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena
sistemik.
5. Pusing,
kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap
latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah
dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
6. Sekresi
aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler
akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)
F.
Studi Diagnostik CHF
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia
gravis atau polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa
baik metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan
kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan resiko CAD dan penurunan
perfusi jaringan
5. Serum katekolamin:
Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat
adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati:
menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai
peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram:
menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung, hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai
underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai
pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai
fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/
ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
Sumber: Wajan Juni Udjianti (2010)
G. Penatalaksanaan
Tujuan dasar
penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:
1. Meningkatkan
oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen dengan
pembatasan aktivitas.
2. Meningkatkan
kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
3. Menurunkan
beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
Penatalaksanaan Medis
1. Meningkatkan
oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2. Memperbaiki
kontraktilitas otot jantung
a. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk
tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia.
b. Digitalisasi
1). dosis digitalis
a). Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4
- 6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
b). Digoksin IV
0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
c). Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
2). Dosis
penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia
lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
3). Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium
0,25 mg.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
a). Digoksin: 1
- 1,5 mg IV perlahan-lahan.
b). Cedilamid
0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
Sumber: Mansjoer dan Triyanti (2007)
Terapi Lain:
1. Koreksi penyebab-penyebab utama
yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung, iskemia miokard,
aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output
tinggi.
2. Edukasi tentang hubungan keluhan,
gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5. Diet: pembatasan natrium (2 gr
natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi
edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan
pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1
liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik: pada gagal
jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan
peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki
3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20
menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan
atau sedang.
7. Hentikan rokok dan alkohol
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardoimioplasti
PROSES
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas
ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24
kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak
penuh
e. Penggunaan otot bantu
nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak
teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat
Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju
ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau
orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai
bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake
gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine:
oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok,
cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan,
kecemasan
8. Faktor predisposisi
dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan faktor
pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan,
tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas, nadi perifer, displace
lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi
jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi:
dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3
cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia,
gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali,
asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu
akral dingin, diaforesis, warna kulit pucat, dan pitting edema.
B. Diagnosa
Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Penurunan curah jantung b/d respon
fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau
peningkatan isi sekuncup
2. Pola nafas tidak efektif b/d
penurunan volume paru
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d
menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan
thrombus atau emboli
4. Gangguan pertukaran gas b/d
kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan
asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
5. Kelebihan volume cairan b/d
berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi
ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
6. Cemas b/d penyakit kritis,
takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau
ketidakmampuan yang permanen.
7. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan
pengetahuan penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan,
komplikasi yang mungkin muncul.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Penurunan curah jantung b/d respon
fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau
peningkatan isi sekuncup
|
NOC :
Cardiac
Pump effectiveness
Circulation
Status
Vital Sign
Status
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan
tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
|
Cardiac Care
Evaluasi adanya
nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
Catat adanya disritmia jantung
Catat adanya
tanda dan gejala penurunan cardiac putput
Monitor status kardiovaskuler
Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
Monitor
abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan
darah
Monitor
respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
Atur periode
latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor
adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS
saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD
pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
dan pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
dan monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru, pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu,
warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Pola Nafas tidak efektif
Definisi :
Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Faktor yang berhubungan :
-
Hiperventilasi
-
Penurunan energi/kelelahan
-
Perusakan/pelemahan muskuloskletal
-
Obesitas
-
Kelelahan otot pernafasan
-
Hipoventilasi sindrom
-
Nyeri
-
Kecemasan
-
Disfungsi Neuromuskuler
-
Injuri tulang belakang
DS
-
Dyspnea
-
Nafas pendek
DO
-
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
-
Penurunan pertukaran udara permenit
-
Menggunakan otot pernafasan tambahan
-
Orthopnea
-
Pernafasan pursed-lip
-
Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
-
Penurunan kapasitas vital respirasi < 11- 24x/menit
|
NOC
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…. Pasien menunjukan keefektifan pola napas,
dibuktikan dengan :
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
Tanda Tanda
vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
NIC
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan bronkodilator ……….
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan
mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan
jalan nafas yang paten
Observasi
adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor
adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Monitor vital
sign
Informasikan
pada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
nafas
Ajarkan
bagaimana batuk secara efektif
Monitor pola
nafas
|
3
|
Perfusi jaringan tidak efektif b/d
menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan
thrombus atau emboli
Definisi :
Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan memberi
makan jaringan pada tingkat kapiler
Batasan karakteristik :
Renal
-
Perubahan tekanan darah di luar batas parameter
-
Hematuria
-
Oliguri/anuria
-
Elevasi/penurunan BUN/rasio kreatinin
Gastro Intestinal
-
Secara usus hipoaktif atau tidak ada
-
Nausea
-
Distensi abdomen
-
Nyeri abdomen atau tidak terasa lunak (tenderness)
Peripheral
-
Edema
-
Tanda Homan positif
-
Perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, air/kelembaban)
-
Denyut nadi lemah atau tidak ada
-
Diskolorisasi kulit
-
Perubahan suhu kulit
-
Perubahan sensasi
-
Kebiru-biruan
-
Perubahan tekanan darah di ekstremitas
-
Bruit
-
Terlambat sembuh
-
Pulsasi arterial berkurang
-
Warna kulit pucat pada elevasi, warna tidak kembali pada penurunan kaki
Cerebral
-
Abnormalitas bicara
-
Kelemahan ekstremitas atau paralis
-
Perubahan status mental
-
Perubahan pada respon motorik
-
Perubahan reaksi pupil
-
Kesulitan untuk menelan
-
Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
-
Perubahan frekuensi respirasi di luar batas parameter
-
Penggunaan otot pernafasan tambahan
-
Balikkan kapiler > 3 detik (Capillary refill)
-
Abnormal gas darah arteri
-
Perasaan ”Impending Doom” (Takdir terancam)
-
Bronkospasme
-
Dyspnea
-
Aritmia
-
Hidung kemerahan
-
Retraksi dada
-
Nyeri dada
Faktor-faktor yang berhubungan :
-
Hipovolemia
-
Hipervolemia
-
Aliran arteri terputus
-
Exchange problems
-
Aliran vena terputus
-
Hipoventilasi
-
Reduksi mekanik pada vena dan atau aliran darah arteri
-
Kerusakan transport oksigen melalui alveolar dan atau membran kapiler
-
Tidak sebanding antara ventilasi dengan aliran darah
-
Keracunan enzim
-
Perubahan afinitas/ikatan O2 dengan Hb
-
Penurunan konsentrasi Hb dalam darah
|
NOC :
Circulation
status
Tissue
Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
a.
mendemonstrasikan status sirkulasi
Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada ortostatikhipertensi
Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari
15 mmHg)
b.
mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
berkomunikasi
dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
memproses informasi
membuat keputusan dengan benar
c.
menunjukkan
fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak
ada gerakan gerakan involunter
|
NIC :
Peripheral Sensation Management
(Manajemen sensasi perifer)
Monitor
adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor
adanya paretese
Instruksikan
keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
Gunakan
sarun tangan untuk proteksi
Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
Monitor
kemampuan BAB
Kolaborasi
pemberian analgetik
Monitor
adanya tromboplebitis
Diskusikan menganai penyebab
perubahan sensasi
|
4
|
Gangguan
pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang
mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam
oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler
alveoli
Batasan karakteristik :
-
Gangguan penglihatan
-
Penurunan CO2
-
Takikardi
-
Hiperkapnia
-
Keletihan
-
somnolen
-
Iritabilitas
-
Hypoxia
-
kebingungan
-
Dyspnoe
-
nasal faring
-
AGD Normal
-
sianosis
-
warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
-
Hipoksemia
-
hiperkarbia
-
sakit kepala ketika bangun
-
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
Faktor faktor yang berhubungan :
-
ketidakseimbangan perfusi ventilasi
-
perubahan membran kapiler-alveolar
|
NOC :
Respiratory Status : Gas exchange
Respiratory Status : ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam rentang normal
|
NIC :
Airway
Management
Buka jalan
nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo
bila perlu
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan
suction pada mayo
Berika
bronkodilator bial perlu
Barikan
pelembab udara
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory
Monitoring
Monitor rata
– rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
Catat
pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara
nafas, seperti dengkur
Monitor pola
nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Catat
lokasi trakea
Monitor
kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
Auskultasi
suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
Uskultasi
suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
AcidBase
Managemen
Monitro IV line
Pertahankanjalan nafas paten
Monitor AGD, tingkat elektrolit
Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
Monitor
adanya tanda tanda gagal nafas
Monitor pola respirasi
Lakukan terapi oksigen
Monitor status neurologi
Tingkatkan oral hygiene
|
5
|
Kelebihan volume cairan b/d
berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal,
hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
-
Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
-
Asupan berlebihan dibanding output
-
Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
-
Distensi vena jugularis
-
Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas
abnormal (Rales atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion
-
Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat
jenis
-
Suara jantung SIII
-
Reflek hepatojugular positif
-
Oliguria, azotemia
-
Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor-faktor yang berhubungan :
-
Mekanisme pengaturan melemah
- Asupan
cairan berlebihan
- Asupan
natrium berlebihan
|
NOC :
Electrolit and acid base balance
Fluid balance
Kriteria Hasil:
Terbebas dari edema, efusi,
anaskara
Bunyi nafas bersih, tidak ada
dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular (+)
Memelihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
Menjelaskanindikator kelebihan
cairan
|
Fluid management
Pertahankan
catatan intake dan output yang akurat
Pasang urin
kateter jika diperlukan
Monitor hasil
lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Monitor
status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
Monitor vital
sign
Monitor
indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
Kaji lokasi
dan luas edema
Monitor
masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
Monitor
status nutrisi
Berikan
diuretik sesuai interuksi
Batasi
masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
Kolaborasi
dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
Tentukan
riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
Tentukan
kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor serum
dan elektrolit urine
Monitor serum
dan osmilalitas urine
Monitor BP,
HR, dan RR
Monitor
tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
Monitor
parameter hemodinamik infasif
Monitor
adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
Monitor tanda
dan gejala dari odema
|
6
|
Cemas b/d penyakit kritis, takut
kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau
ketidakmampuan yang permanen.
Definisi
:
Perasaan
gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai
respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan
individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada
diri
Kekhawatiran
Cemas
|
NOC :
Anxiety control
Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :
Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign
dalam batas normal
Postur
tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
|
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan
pendekatan yang menenangkan
Nyatakan
dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan
semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Pahami
prespektif pasien terhdap situasi stres
Temani pasien
untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Berikan
informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Dorong
keluarga untuk menemani anak
Lakukan back
/ neck rub
Dengarkan
dengan penuh perhatian
Identifikasi
tingkat kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien
untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan
pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat
untuk mengurangi kecemasan
|
7
|
Kurang pengetahuan b/d
keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan
yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah,
ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
|
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan
keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan
keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan
keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya.
|
NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan
pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
|
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal
jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr.
Kariadi Januari - Desember 2006. Semarang: UNDIP
Jayanti, N.
2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses
pada 6 Februari 2012)
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle
River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all.
1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan
Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba medika
I'M TOTALLY FREE FROM HEPATITIS B
BalasHapusI’m Stephanie Brown, I was diagnosed with Hepatitis B 4 years ago, I lived in pain with the knowledge that I wasn't going to ever be well again. I have used several antiviral medications, but this could not fight the virus of me rather I got side effects of fever, muscle and joint pain. After spending so much money on antiviral drugs but I never get better. I made research on the internet for herbal medicine. AS I was determined to get my lifestyle back and to be able to do things I am restricted from doing, I saw a lady’s post on how Herbal Dr. JAMES cured her of HIV with his herbal mix medicine. I contacted the same Doctor through his email....Drjamesherbalmix@gmail.com....we spoke, I told him all that I have been going through, and he told me not to worry that everything will be better again, so he prepared his herbal mix medicine and sent it to me through DHL courier company and told me the usage, after 21 days of completing the herbal medicine, I was totally free from Hepatitis B, I went to see a doctor for a blood test, After taking a sample of my blood for the test the result came out negative, I just can’t deny that I’m the happiest woman on earth this very moment, I’m so happy and thanks to Herbal Doctor JAMES,He also told me he cures diseases such as Alzheimer's disease, schizophrenia, Autism. Bipolar disorder, Shingles, Melasma, Underactive thyroid, Melanoma, Cancer, Weak Erection, Wart Remover, HPV, Herpes, Fibromyalgia, HIV, Hepatitis b,Liver/Kidney Inflammatory, Epilepsy, Fibroid, Diabetes,COPD, Back pain, Nephrotic syndrome,Infertility.Cardiovascular diseases.lung diseases,Thyroid disorders ,PCOS,Contact him on his email and get rid of your diseases, he is a good man Email....Drjamesherbalmix@gmail.com