LAPORAN PPENDAHULUAN
DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)
A.
Pengertian
Dengue
Haemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yangdisertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensimengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan olehArbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AedesAegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).
B.
Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam
berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang berlangsung akut
menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban
pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004). Nyamuk aedes aegyph
maupun aedes aibopictus merupakan vektor penular virus dengue dari
penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi
hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka,
2004).
C.
Patofisiologi
Fenomena
patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan
plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama
yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah vitemia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (hepatomegli) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia
serta efusi pleum dan renjatan (syok).
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu
: perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena.
D. Pathway
E.
Tanda dan Gejala
Kriteria klinis DBD / DHF
menurut WHO (1997)
1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari,
kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti
anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala.
2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif)
seperti petekie, epistaksis, hematemosis, melene.
3. Hepatomegali
4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan
nadi < 20 mmHghipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan
normal)
(Alan
R. Tumbelaka, 2004).
Selain
demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain yang tidak
khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a. Keluhan
pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual,
muntah, tidak nafsu makan (anoreksia), diare, konslipasi.
c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit
kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot
abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan
fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata
terasa pegal.
F.
Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat
beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi : (WHO, 1997).
1. Derajat I
Demam
dengan uji bendung positif.
2. Derajat II
Derajat
I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat
III
Nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
4. Derajat IV
Syok
berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan
R. Tumbelaka, 2004).
G.
Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan
dijumpai :
1.
Hb
dan PCV meningkat (> 20%)
2.
Trombositopenia
(< 100.000 /ml)
3.
Leukopenia
(mungkin normal atau lekositosis)
4.
19
D. Dengue positif
5.
Hasil
pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6.
Urium
dan PH darah mungkin meningkat
7.
Asidosis
metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
8. SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).
H.
Penatalaksanaan Pasien DHF
Penatalaksanaan
penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1.
Tirah
baring atau istirahat baring.
2.
Diet,
makan lunak.
3.
Minum
banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit.
4.
Monitor
tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat
tiap jam.
5.
Periksa
Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
6.
Obat
antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan
suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial
/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan
gastritis, perdarahan atau asidosis.
7.
Pada
pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
8.
Bila
timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
I.
Komplikasi
1.
Ensefalopatif
2.
Perdarahan intraktranial
3.
Hernia batang otak
4.
Sepsis
5.
Pneumonia
6.
Hidrasi berlebihan
7.
Syok
8.
Perdarahan otak
(Monica Ester, 1999).
J.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang
dapat ditemukan pada pasien dengan DHF antara lain sebagai berikut :
1. Hipertermi hubungan dengan proses
penyakit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit menelan.
3. Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perpindahan
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. (Panduan
Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011)
K.
Perencanaan NOC dan NIC
No Dx
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, pasien dengan hipertermi diharapkan dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
NOC - Temperature
Regulation 3900
·
Suhu
dalam rentang normal (36-37)
·
Nadi
dan RR dalam rentang normal (nadi 60-100x/menit.RR:16-24X/Menit)
·
Tidak
ada perubahan warna kulit,dan tidak pusing tidak merasa mual
|
NIC - Thermoregulation 0800
·
Monitor
suhu maksimal 4 jam sekali
·
Monitor
TTV (TD,N.Suhu,RR)
·
Monitor
intake dan output cairan.
·
Selimuti
pasien
·
Tingkatkan
sirkulasi udara
·
Catat
adanya fluktasi tekanan darah
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, pasien dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
NOC - Nutritional
Status (status nutrisi) :
·
Intake
nutrisi meningkat sesuai dengan diit
·
Intake
makanan dan cairan meningkat
sesuai dengan diet
·
Menunjukkan
perubahan prilaku/pola hidup untuk menigkatkan/mempertahankan BB.
|
NIC - Nutrition Management
·
Catat
status nutrisi pasien pada penerimaan,catat turgor kulit.BB,Intergritas
mukosa oral,kemampuan menelan,riwayat mual/muntah/diare
·
Pastikan
pola diet biasa pasien
·
Awasi
masukan dan pengeluaran nutrisi dan BAB secara periodik
·
Selidiki
adanya anoreksia
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, pasien dengan resiko kekurangan volume cairan diharapkan
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Balance Fluid:
·
Tekanan darah dalam batas normal
·
Intake output 24 jam seimbang
·
Tidak ada suara nafas tambahan
·
Tidak ada asites
·
Tidak ada edema
·
Tidak gelisahh/cemas
|
Fluid Management :
·
Monitor BB setiap hari
·
Set tetesan infus permenit
·
Tingkatkan oral intake
·
Monitor hasil lab yang relevan (BUN, HMT, albumin)
·
Monitor status hemodinamik
·
Monitor TTV
·
Monitor tanda dan gejala retensi cairan
·
Berikan diet
|
DAFTAR PUSTAKA
Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC,
1999. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, EGC.
Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue. Jakarta, EGC.
Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri
Rokimi, Wardhani Wahyu Ika, Setiawulan Wiwiek, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.
Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum,
Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Herdman, T Heatrher,
PhD, RN, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta :
EGC
Moorhead, Sue PhD, RN
dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. United State of
America : Mosby Elsevier
Moorhead, Sue PhD, RN
dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC) United State of America :
Mosby Elsevier
Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng
Soegijanto, 2004. Tatalaksana
Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI.
Surosa
Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi
dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.
Sutaryo,
2004. Perkembangan Patogenesis Demam
Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.
Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.
Jakarta : FKUI.
Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah
Dengue. Jakarta : FKUI.
Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta, EGC.
Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
0 Response to "LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORAGIC FEVER DHF"
Posting Komentar