[JURNAL KEPERAWATAN] PENGARUH MUSIK KLASIK PADA TERAPI EMOSIONAL PADA ANAK DENGAN AUTISME

[JURNAL KEPERAWATAN] PENGARUH MUSIK KLASIK PADA TERAPI EMOSIONAL PADA ANAK DENGAN AUTISME
Latar Belakang: 

Musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Anak-anak dengan autisme memiliki gangguan perkembangan yang kompleks yang mengakibatkan gangguan komunikasi perkembangan, kecerdasan perilaku dan emosional.

Tujuan:

 Untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik pada kecerdasan emosional pada anak-anak dengan autisme.

Metode:

 Penelitian ini menggunakan desain Pre-percobaan, Satu-kelompok desain pre-post test dengan seluruh penduduk siswa di Autisme Pusat Perawatan Cahaya Ananda Kepatihan Tulungagung. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi 16 responden dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Ketika penelitian dimulai pada 10 Maret sampai dengan 30 Maret 2012. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Data yang terkumpul diolah dengan uji statistik Wilcoxon dengan signifikansi α <0 p="">

Hasil: 

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada peningkatan kecerdasan emosional anak autis adalah kecerdasan emosional sebelum terapi musik cukup bahwa mayoritas 8 responden (50%) dari 16 responden, dan setelah terapi musik cukup bahwa sebagian dari tujuh responden (43 %) dari 16 responden,
Kesimpulan: Ada pengaruh terapi musik klasik untuk anak autis untuk kecerdasan emosional dengan hasil tes p-value = 0,007 Wilcoxon yang kurang dari 0,05, sehingga menolak H0, yang berarti ada pengaruh terapi musik klasik untuk kecerdasan emosional pada anak-anak dengan autisme
Kata kunci: terapi musik klasik, kecerdasan emosional, anak autis


Pendahuluan

   Musik pengaruh musik klasik terutama perkembanngan IQ (Intelligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan kecerdasan dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik (Christanday, 2007). Rekening IQ untuk paling 20% ​​untuk keberhasilan hidup seseorang, sedangkan 80% ditentukan oleh Emotional Quotient (EQ). Intelijen akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk kekacauan yang disebabkan oleh kesulitan hidup. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang yang secara emosional mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain secara efektif, memiliki keunggulan dalam setiap bidang kehidupan (Anonymous, 2004). Kecerdasan emosional mencakup kemampuan yang berbeda, namun saling melengkapi, sehingga orangtua diterapkan kepada anak-anak harus mencakup hal-hal yang mendukung terciptanya peningkatan kecerdasan emosional pada anak-anak, pemberian orangtua yang baik akan sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosional pada anak-anak dan pengembangan anak sosial, oleh karena itu, seorang ayah harus juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada anak-anak.

Autisme adalah sindrom, gangguan perkembangan sistem saraf pusat yang ditemukan pada beberapa anak saat masa kanak-kanak - kanak-kanak sampai sesudahnnya (Purwati, 2007). Salah satu penyebab dari autisme dapat disebabkan oleh kelainan di otak anak, yang berhubungan dengan jumlah sel-sel saraf, baik selama kehamilan atau setelah melahirkan, kemudian juga disebabkan oleh bawaan Rubella, Herpez ensefalitis simplex, dan Cytomegalovirus Infeksi (Kurniasih, 2002).

Prevalensi autisme pada anak-anak mulai dari 2-5 pasien dari 10.000 anak - anak di bawah 12 tahun. Sedangkan prevalensi anak autis disertai dengan retardasi mental yang perbandinganya meningkat, sebanyak 20 pasien di 10.000 anak (Pratama, 2007). Rasio adalah rasio 3 anak laki-laki - anak laki-laki dan 1 anak perempuan (3: 1). Dengan kata lain, anak laki-laki - laki-laki lebih rentan menyandang sindrom autisme dibandingkan anak perempuan. Bahkan diprediksi oleh para ahli bahwa jumlah anak autis pada tahun 2010 akan mencapai 60% dari total populasi anak di seluruh dunia (Purwati, 2007).

Dari hasil studi pendahuluan pada pengukuran kecerdasan emosional anak autis yang dilakukan di Pusat Autisme Terapi Cahaya Ananda di Desa Kepatihan, Tulungagung pada tanggal 4 Desember 2011 untuk 3 anak dengan autisme. Ditemukan 2 anak memiliki kecerdasan emosional sedang dan satu anak memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal ini membuktikan bahwa rata-rata - rata anak dengan gangguan autisme kecerdasan emosional.

Anak Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan oleh kerusakan otak, yang mengakibatkan gangguan perkembangan komunikasi, perilaku, keterampilan sosial, sensorik, dan belajar (Gina, 2001). Anak-anak dengan autisme sering terisolasi dari lingkungan dan hidup di dunianya sendiri, tidak dapat berbicara normal, berkomunikasi, berhubungan dengan orang lain dan belajar berinteraksi dengan seseorang. Orang dengan autisme umumnya tidak dapat mengembangkan bermain kreatif dan imajinatif. Oleh karena itu mereka membutuhkan stimulasi untuk mengembangkan kekuatan imajinasi emosidan intelijen untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain (Pratama, 2007). Terapi Autisme Menurut Tjin Wiguna (2002) yang ditulis oleh Astuti (2007) adalah pengelolaan anak-anak dengan gangguan autis secara terstruktur dan berkesinambungan untuk mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan anak sesuai atau setidaknya lebih dekat dengan-Nya usia dan multi-disiplin meliputi: (1) terapi perilaku dalam bentuk ABA (Applied Behaviour Analysis), (2) terapi biomedis (medis), (3) terapi tambahan lainnya yaitu, terapi wicara, terapi integrasi sensorik, terapi musik , terapi diet, dll
Menurut Astuti (2007) juga menemukan bahwa musik dapat, meningkatkan rasa percaya diri, mengembangkan keterampilan sosial, meningkatkan perkembangan motorik persepsi dan pengembangan psikomotorik. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, (2006). Ia mengatakan, di otak terdiri dari jutaan neuron dalam penyebaran otak akan menjadi aktif saat mendengarkan musik. Stimulasi neuron itulah yang meningkatkan kecerdasan. Oleh karena itu, kita perlu kemitraan antara pendidik, tenaga medis, termasuk perawat dan psikolog kejiwaan atau untuk mendeteksi awal dan dengan cepat dan akurat penanganan bagi penderita autis (Pratama, 2007)

Metode

Jenis penelitian ini adalah Pre Experimental Post Pra Uji Desain dengan Semua siswa - siswa dengan autisme di Autisme Pusat Perawatan Cahaya Ananda yang didiagnosis dengan autisme murni, berjumlah 16 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa - siswa autis di Autisme Pusat Perawatan Cahaya Ananda yang didiagnosis dengan autisme murni, berjumlah 16 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan ketika ukuran populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian untuk membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2006)
Lokasi penelitian yang dilakukan dalam hal ini Lokasi penelitian yang dilakukan di The Autism Treatment Pusat Cahaya Ananda di Desa Kepatihan, Tulungagung. Ketika studi ini dilakukan pada tanggal 10 Maret 2012 sampai 30 Maret 2012. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemutar musik dari tape recorder dan lembar observasi intelijen untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional anak. Data yang dikumpulkan oleh petisi untuk mendapatkan rekomendasi dari Ka-Prodi S1 ​​Keperawatan STIKES Surya Mitra Husada - Kediri dan permintaan izin kepada Kepala Autisme Pusat Perawatan Cahaya Ananda di Sub Kepatihan Tulungagung. Setelah data terkumpul melalui observasi, pengolahan data lebih lanjut, yang mencakup memeriksa kelengkapan data (editing), skor (scoring), pengkodean (coding) dan tabulasi (tabulasi). Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil 

kecerdasan emosional anak autis setelah terapik musik :

Kecerdasan Emosional
Jumlah
Prosentase
Kurang
Cukup
Baik
3
7
6
19 %
43 %
38 %
Total
16
100 %

Karakteristik Responden Berdasarkan Derajat Autis 


Derajat Autisme
Jumlah
Prosentase
Ringan
Sedang
Berat
10
3
3
62 %
19 %
19 %
Total
16
100 %



Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon

Kecerdasan_emosi_posttest - Kecerdasan_emosi_pretest
Z
-2.714a
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Based on negative ranks
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
.007

Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon dengan SPSS for Windows 16.0, perhatikan bahwa p-value adalah 0,007, yang berarti kurang dari 0,05, sehingga menolak H0, yang berarti ada pengaruh terapi musik klasik untuk kecerdasan emosional pada anak-anak dengan autisme di Autisme Pusat Perawatan Cahaya Ananda Kepatihan Tulungagung. Hal ini didukung oleh tabulasi silang data sebelum terapi setelah terapi musik klasik dengan musik klasik, dan diketahui bahwa ada juga lima responden sebelum terapi musik memiliki kecerdasan kurang emosional dan setelah terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang cukup besar, dan 5 responden sebelum sebelum musik pengobatan memiliki kecerdasan emosional yang cukup dan setelah terapi musik memiliki kecerdasan emosi yang baik.

Hasil itu sesuai dengan penemuan para peneliti bahwa musik dapat meningkatkan kreativitas, meningkatkan rasa percaya diri, mengembangkan keterampilan sosial, perkembangan motorik menimbulkan persepsi dan pengembangan psikomotorik (Astuti, 2007). Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, MD (2006) yang ditulis oleh Pratama, 2007, ia mengatakan bahwa di dalam otak kita yang terdiri dari jutaan neuron dalam penyebaran otak akan menjadi aktif saat mendengarkan musik. Hal inilah yang menyebabkan aliran impuls listrik antara sel-sel secara bertahap - bertahap kembali normal, sehingga keseimbangan neurotransmitter yang membantu anak-anak untuk berimajinatif dalam rangka meningkatkan kreativitas. melalui tulisan-tulisannya. Ia percaya bahwa objek dari terapi Menurut Margaret Anderton (2002), seorang guru piano Inggris, yang mengemukakan tentang efek alat musik (terutama untuk pasien dengan masalah psikologis) karena hasil penelitian menunjukkan bahwa timbre (warna suara) musik dapat menginduksi efek terapi.

Berdasarkan peneliti di atas berpendapat bahwa ada peningkatan kecerdasan emosional anak autis melalui terapi musik klasik, di mana ada 5 responden sebelum terapi musik memiliki kecerdasan kurang emosional dan setelah terapi musik memiliki kecerdasan emosional yang cukup, dan 5 responden sebelum sebelum memiliki kecerdasan emosional terapi musik cukup dan setelah terapi musik memiliki kecerdasan emosi yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik klasik dapat meningkatkan kecerdasan emosional pada anak-anak dengan autisme, baik dari segi intra-personal (mengidentifikasi, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri, serta untuk memotivasi diri) serta aspek interpersonal (memahami emosi lain / empati dan membangun hubungan dengan orang lain). Ini adalah suatu kondisi yang harus dilakukan secara teratur dan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal yang dapat membantu lebih lanjut perkembangan anak autis


Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui Wilcoxon p-value adalah 0,007, yang berarti kurang dari 0,05, sehingga menolak H0, yang berarti ada pengaruh terapi musik klasik untuk kecerdasan emosional pada anak-anak dengan autisme di Autisme Pusat Perawatan of Light Ananda Kepatihan Tulungagung.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

  1. Karakteristik responden yang diperoleh penulis hanya dibatasi oleh usia dan jenis kelamin, ada banyak karakteristik lain yang harus ditampilkan oleh peneliti,terutama yang terkait dengan penyebab autisme.
  2. Ketika studi ini hanya untuk 2 minggu, itu tidak sesuai dengan prinsip terapi pada anak dengan autisme yang membutuhkan proses yang panjang, jadi kita perlu penelitian serupa dalam waktu yang lama.
  3. Tidak adanya kelompok kontrol dalam penelitian ini.
  4. Pemberian terapi musik tidak dibedakan menurut tingkat autisme (ringan, sedang, berat) sehingga tidak ada tingkat peningkatan autisme


Referensi

Anthony,Spawnthe.2003. Manfaat Musik, hhtp/www.partikelwebgaul.com/, Diakses 6 September 2007.
Anonymous , 2004. Mempersiapkan IQ dan EQ Anak, Percuma IQ Tinggi Jika Tak Diimbangi EQ, (Online), (http://www.pikiran-rakyat.com, diakses 19 Desember 2011).
Arikunto, Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta; Jakarta.
Astuti, Idayu. 2007. Mengenal Autisme & Terapinya. http://autisme.or.id. Diakses 6 September 2011.
Christanday. Andreas. 2007. Pengaruh Musik pada Anak. http://angelfire.com. Diakses 6 September 2011.
Diamond, John...(et.al). Musik Sebagai Terapi. Diakses tanggal 5 September 2011.
Ginanjar. 2003. http://www.bundazepy. Diakses 12 Agustus 2011.
Goleman, D. 2003. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia.
Goleman, D. 2007. Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosi Mengapa EI Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: Gramedia.
Hariwijaya, M. 2006. Tes EQ. Tes Kecerdasan Emosional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus-Autistik. Alfabeta; Bandung.
Halim, Samuel., 2007. Efek Mozart dan Terapi Musik Dalam Dunia Kesehatan. Hhtp//www.tempo.co.id/medika, Diakses 5 September 2011.
Hidayat, Teddy. 2003. Musik Memiliki Pengaruh Dalam Kepribadian.

Holmes, Clive. 2003. Musik Terapi. http://kompas.com. Diakses 6 september 2011.
Masra, Ferizal. 2005. Autisme : Gangguan Perkembangan Anak. http://www.waspadaonline. Diakses 12 Agustus 2011.
Maulana, Mirza. 2007. Anak Autis;Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Katahati; Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.
Pandoe, Wing., 2006. Musik Terapi, hhtp//www.my.opera.com/paw,  Diakses  7 September 2011.
Pratiwi, E.S. 2007. Penanganan Terpadu Anak Autisme. http://pikiranrakyat.com. Diakses 6 September 2011.
Santosa, singgih. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik Dengan SPSS Versi 11,5. PT Alex Media Komputindo; Jakarta.
Setiadi. 2007. Konsep – konsep penerapan Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta; Yogjakarta.
Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Alfabet; Bandung

sumber:akuperawat.com

0 Response to "[JURNAL KEPERAWATAN] PENGARUH MUSIK KLASIK PADA TERAPI EMOSIONAL PADA ANAK DENGAN AUTISME"

Posting Komentar