Pengkajian Pasien Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Pada proses pengkajian, data penting yang
perlu saudara dapatkan adalah:
- Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis
halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif dapat Saudara kaji
dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat
Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat
dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis halusinasi
|
Data Objektif
|
Data Subjektif
|
Halusinasi Dengar/suara
|
Bicara atau
tertawa sendiri
Marah-marah
tanpa sebab
Menyedengkan
telinga ke arah tertentu
Menutup telinga
|
Mendengar suara-suara
atau kegaduhan.
Mendengar suara
yang mengajak bercakap-cakap.
Mendengar suara
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
|
Halusinasi
Penglihatan
|
Menunjuk-nunjuk
ke arah tertentu
Ketakutan pada
sesuatu yang tidak jelas.
|
Melihat
bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster
|
Halusinasi
Penghidu
|
Menghidu
seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
Menutup hidung.
|
Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses,
kadang-kadang bau itu menyenangkan.
|
Halusinasi
Pengecapan
|
Sering meludah
Muntah
|
Merasakan rasa
seperti darah, urin atau feses
|
Halusinasi
Perabaan
|
Menggaruk-garuk permukaan kulit
|
Mengatakan
ada serangga di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
|
- Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari
hasil pengkajian tentang jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
- Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu,
frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan
halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam
berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali?
Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
- Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang
dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada
pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada
keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
C. Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan
berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada pasien
Gangguan sensori persepsi: halusinasi …………..
D. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1)
Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2)
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program
pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1)
Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali
halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang
isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon
pasien saat halusinasi muncul
2)
Melatih
pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a)
Menghardik halusinasi
Menghardik
halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin
halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk
menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan
tindakan meliputi:
§
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
§
Memperagakan cara menghardik
§
Meminta pasien memperagakan ulang
§ Memantau penerapan cara ini, menguatkan
perilaku pasien
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang
lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga
salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
c)
Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi
muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur.
Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu
luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang
mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara
beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari
dalam seminggu.
Tahapan
intervensinya sebagai berikut:
·
Menjelaskan
pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
·
Mendiskusikan
aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
·
Melatih pasien melakukan aktivitas
·
Menyusun
jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari
bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
·
Memantau
pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang
positif.
d) Menggunakan
obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien
juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka
untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu
dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar
pasien patuh menggunakan obat:
§ Jelaskan guna obat
§ Jelaskan akibat bila putus obat
§ Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
§ Jelaskan cara menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar
dosis)
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan
cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi
Orientasi:
”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan
merawat D. Nama Saya SS, senang dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil
apa”
”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D
saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang suara yang selama ini D dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita
duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja:
”Apakah D mendengar suara tanpa
ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar
atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari
D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu?
Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” D , ada empat cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut.
Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau
kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya
bagus D sudah bisa”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?”
Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu
kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan
kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien).
Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:
“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D
hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita
latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan
latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Kita
akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol
halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau
D mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol.
Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini; … tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar
suara-suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini?
Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah suara-suara itu?
Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi. Bagaimana
kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu
muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai besok ya. Assalamualaikum”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi: “Assalamu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang
ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di
mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara?
Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa D lakukan?
Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai
malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini
(latih kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini dapat D lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan D setelah kita
bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba
sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain
pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai
malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum
obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00
pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa. Wassalammualaikum.
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Orientasi:
“Assalammualaikum
D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.
Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita akan
diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya D?”
Kerja:
“D
adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya
untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, D
akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis D
bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus memastikan
bahwa itu obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat milik orang
lain. Baca nama kemasannya. Pastikan
obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan
dan tepat jamnya. D juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan
harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana
perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita
masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. Jangan lupa pada waktunya minta
obat pada perawat atau pada keluarga
kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat
manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammu’alaikum.
2.Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
- Tujuan:
1.
Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah
2.
Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga
merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah
sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga
saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal.
Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh
bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi
pendukung yang efektif bagi pasien
dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan
untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala
halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan
gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
Peragakan percakapan berikut ini dengan
pasangan saudara.
Orientasi:
“Assalammualaikum
Bapak/Ibu!”“Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/Ibu.”
“Bagaimana
perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu?”
“Hari
ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan
bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”
“Kita
mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama waktu
Bk/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja:
“Apa
yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang Bpk/Ibu
lakukan?”
“Ya,
gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya
bicara dan tertawa sendiri,atau
marah-marah tanpa sebab”
“Jadi
kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada.”
“Kalau
anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada.”
”Untuk
itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara
tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut
memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak
mendengar atau melihatnya”.
”Kedua,
jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya.
Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang
kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan
sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika
dia lakukan!”
”Ketiga,
bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu
untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali.
Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan
suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama
dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir,
bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak Bapak/Ibu
dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah anak Bapak/Ibu
menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu
sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang,
mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk punggung
anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan
perawat bila suara-suara itu datang?
Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, D”
”Sekarang
coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus
Pak/Bu”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita
berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu?”
“Sekarang
coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/Ibu”
”Bagus
sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”
”Jam
berapa kita bertemu?”
Baik,
sampai Jumpa. Assalamu’alaikum
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien
langsung dihadapan pasien
Berikan
kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
Orientasi:
“Assalammualaikum”
“Bagaimana
perasaan Bapak/Ibu pagi ini?”
”Apakah
Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/Ibu yang
sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai
dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”.
”mari kita
datangi Anak bapak/Ibu”
Kerja:”Assalamu’alaikum D” ”D,
Bapak//Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara-suara yang sering D
dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/Ibu D datang untuk mempraktekkan cara memutus
suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau
tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak/Ibu akan mengingatkan seperti ini”
”Sekarang, coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang D alami
seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D
mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus
sekali!Bagaimana D? Senang dibantu Bapak/Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat
jadwal harian D. (Pasien memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian)
Baiklah, sekarang saya dan orang tua D
ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga
Terminasi:
“Bagaimana
perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekkan
cara memutus halusinasi langsung dihadapan
anak Bapak/Ibu”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya
Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakukan cara itu bila anak Bapak/Ibu mengalami
halusinas”.
“bagaimana
kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan
harian anak Bapak/Ibu untuk persiapan di rumah. Jam berapa Bapak/Ibu bisa
datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”
SP
3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah
ini
Orientasi
“Assalamualaikum Pak/Bu, karena besok D sudah
boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadual
D selama dirumah”
“Bagaimana pak/Bu selama Bapak/Ibu membesuk apakah
sudah terus dilatih cara merawat D?”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah?
Mari kita duduk di ruang perawat!”
“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau
30 menit?”
Kerja
“Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan
di rumah. Coba Bapak/Ibu lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang
kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?”Pak/Bu jadwal yang telah dibuat selama D di rumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut
adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di
rumah.Misalnya kalau B terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan
tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika
hal ini terjadi segera hubungi Suster B di Puskesmas terdekat dari
rumahBapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
Selanjutnya suster B yang akan membantu memantau perkembangan D
selama di rumah
Terminasi
“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu
sebutkan cara-cara merawat D di rumah! Bagus(jika ada yang lupa segera
diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya silakan
ibu menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan D untuk
pulang”
E. Evaluasi
1.
Kemampuan pasien dan keluarga
0 Response to "[KEPERAWATAN JIWA] ASUHAN KEPPERAWATAN JIWA KLIEN DENGAN HALUSINASI"
Posting Komentar